sinopsis film pengabdi setan
Dalam satuan yang lebih kecil, menarik pula memahami motif, motivasi, dan emosi di balik perilaku-perilaku renik tokoh dalam film horor.
Coba kita renungkan lagi, seberapa sering kita mendapati serangkaian adegan di luar nalar dalam film horor. Misalnya, para tokoh memilih berpisah dan berpencar alih-alih tetap berkumpul setelah suatu peristiwa gaib atau teror menimpa mereka? Atau misalnya lagi, kebiasaan sehari-hari para tokoh itu tidak berubah padahal suatu peristiwa menakutkan baru saja terjadi?
Keganjilan itu bukan hanya muncul dalam film horor Tanah Air tetapi juga di film horor Hollywood dan buatan negara mana pun. Meskipun memang, perilaku tokoh seperti itu, dalam penulisan naskah cerita, dibutuhkan untuk menjembatani satu peristiwa horor ke peristiwa horor berikutnya.
Artinya, tantangan bagi penulis film horor adalah menemukan penjelasan rasional untuk hal-hal semacam itu. Tujuannya, agar jalinan sebab akibat yang menjadi pondasi cerita bisa lebih solid dan tak meninggalkan plot hole. Semakin masuk akal perilaku para tokohnya, semakin berhasil dia menularkan ketakutan kepada pemirsanya.
Di malam yang sangat mencekam yang berjarak tidak lama dari kejadian mengerikan sebelumnya, kenapa para tokoh harus tidur terpisah di kamar yang berjauhan jika bisa berkumpul di ruang tengah, misalnya, untuk menghindari teror.
Soal emosi, keluarga dalam Pengabdi Setan tidak bersedih saat ibu meninggal, dan itu realistis. Pakar psikologi Elizabeth B Hurlock menjelaskan dampak yang timbul pada pasangan usia madya jika salah satu dari mereka meninggal.
Menurut dia, pasangan yang ditinggal tidak akan mengalami rasa duka cita mendalam karena kematian didahului penyakit lama. Teori itu berlaku pula pada anggota keluarga lainnya. Mereka tidak akan mengalami duka cita yang amat.
Tapi lain soal kalau ada anggota keluarga yang meninggal mendadak, entah oleh sebab natural atau kecelakaan. Saat ada seorang lagi anggota keluarga dalam Pengabdi Setan yang meninggal sementara hantu ibu kembali ke rumah, duka cita terkalahkan oleh rasa takut. Kesedihan akan lebih tereksplorasi senadainya durasi film sedikit saja lebih panjang.
Palet warna dan kamera
Adegan horor Pengabdi Setan yang memadukan teknik-teknik klasik seperti jumpscare, musik sumbang, dan pintu berderit teramat mudah ditebak. Namun, bukan berarti disodorkan begitu saja.
Uniknya, penonton dibiarkan tahu kapan sosok seram akan muncul dari tanda-tanda sinematik tertentu. Utamanya, pergerakan kamera dan unsur audio. Selanjutnya, penonton justru dibuat ketakutan oleh kejadian yang membuntutinya.
Sebuah pendekatan narasi yang menarik. Joko Anwar menciptakannya seperti itu seolah hendak menegaskan bahwa teknik-teknik klasik tersebut, dalam pengarapan film horor, sudah harus dikreasi ulang.
Tempo cerita yang lambat menempa rasa takut dengan apik dan mencapai puncaknya pada setengah terakhir durasi film. Suasana tahun 1980-an begitu menjelma dalam detail desain artistiknya. Hal itu, secara sadar, merujuk kepada dari mana ide film ini berasal.
Semua itu terangkum dalam dua unsur sinematografi yang diterapkan secara menakjubkan dalam Pengabdi Setan. Keduanya adalah penggunaan palet warna dan pergerakan kamera.
Keduanya berhasil memaku nuansa horor di benak penonton. Warna-warna gelap dan pudar menegaskan keberadaan jiwa-jiwa yang putus asa.
Pergerakan dan sudut pandang kamera bukan hanya memberi efek kejut tetapi juga memberi gambaran utuh rumah tempat keluarga itu tinggal. Penonton akan akrab dengan ruangan-ruangan dan tata letaknya seperti akrabnya kita dengan tata letak rumah Betawi Si Doel dalam serial TV ”Si Doel Anak Sekolahan”.
Dalam Pengabdi Setan, rumah adalah entitas penting yang harus mendapat perhatian pemirsa. Buktinya, rumah menjadi objek yang muncul dalam poster film dan materi promosi lainnya.
sumber:http://www.pikiran-rakyat.com/hidup-gaya/2017/09/29/sinopsis-pengabdi-setan-saat-ibu-datang-lagi-410493
Komentar
Posting Komentar